Pages

Minggu, 29 Januari 2012

Tokoh Inspirasi Alkitab 2 : Abraham

Dialah Bapa semua orang percaya. Dulu namanya bukan Abraham, tapi Abram. Abram adalah keturunan Nuh (tapi bukan anaknya, jadi Nuh adalah nenek moyangnya Abram). Tuhan berfirman kepada Abram dan memerintahkannya untuk pergi dari kampungnya ke tanah perjanjian. Tuhan akan membuat Abram menjadi bangsa yang sangat besar. Abram tidak pikir-pikir dulu, apa yang akan terjadi kalau ia pergi dan sebaliknya. Ia begitu percaya akan penyertaan Tuhan dan megikut-Nya dengan pasti. Tidak seperti kita di zaman sekarang, kita cenderung berhati-hati saat hendak mengikuti seseorang yang asing bagi kita atau sesuatu yang masih baru.

Iman yang teguh kepada Allah bukan berarti selalu bahagia (dalam arti duniawi). Buktinya Abraham belum memiliki anak, padahal ia dan Sara, istrinya, telah lama menikah sampai usia 100 tahun. Mungkin banyak di antara kita sulit percaya, ketika seorang wanita yang berusia sangat tua akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Kita tahu bahwa wanita pada usia tua akan mengalami menopause, sehingga kehamilan tidak mungkin terjadi. Namun sekali lagi, karena kuatnya kepercayaan Abraham akan janji Tuhan, Tuhan pun menggenapinya. Tuhan mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki dan ia menamainya Ishak. Nama Ishak artinya tertawa, karena saat mendengar janji Tuhan yang akan memberikan anak kepadanya dan Abraham ini Sara tertawa. Entah karena merasa senang atau berpikir bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi.
Beberapa tahun kemudian, Tuhan kembali menguji iman Abraham. Tuhan memberi perintah kepada Abraham untuk mengorbankan anaknya Ishak (maksudnya dibakar di mezbah, seperti domba atau lembu yang dikorbankan buat Tuhan). Coba bayangkan kalo misalnya kita diperhadapkan pada situasi seperti itu? Apakah kita ikhlas? Apakah kita mau merelakan hal berharga yang kita miliki, padahal dengan merelakan hal berharga tersebut kita tidak mendapatkan apa-apa? Mungkin kita akan marah pada Tuhan dan berkata, “Tuhan, aku sudah taat sama Engkau. Aku sudah melayani Engkau sampai aku tua. Aku tetap setia pada-Mu sekalipun Engkau menutup rahim istriku, padahal Engkau mampu membukanya dan memberiku keturunan. Setelah sekian lama aku menunggu hingga aku memiliki anak, secepat inikah Engkau mengambilnya dari padaku? Masakan Engkau tega melakukannya pada orang yang senantiasa melayani Engkau?” Namun, iman Abraham kepada Tuhan begitu besar. Ia rela mengorbankan anaknya kepada Tuhan.
Bapa kita adalah Maha Kasih. Ia sangat mengapresiasi iman Abraham yang begitu teguh kepada-Nya, sampai rela mengorbankan anaknya, darah dagingnya sendiri. Saat Abraham mau mengorbankan anaknya, Tuhan mengutus malaikat kepadanya untuk mengatakan agar Abraham tidak mengorbankan anaknya. Hidup Abraham pun senantiasa diberkati oleh Tuhan. Bayangkan saja, Abraham dengan 300an pasukannya berhasil mengalahkan raja-raja dengan pasukan mereka yang pastinya berjumlah jauh lebih banyak. Belum lagi dengan harta yang Tuhan berikan padanya dan lainnya.
Mari kita belajar dari Abraham, menjalani kehidupan dan menghadapi setiap pergumulan yang kita alami bersama Tuhan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More