Pages

Jumat, 27 Januari 2012

Saat Teduh 27 Januari 2012

SEORANG AYUB
Ayub 1 : 1-22
 

Keadaan yang benar-benar ideal. Ia punya real estate dan menjadi pemegang saham dalam sebuah perusahaan yang sangat maju. Kekayaannya sulit untuk ditaksir. Begitu banyak orang iri terhadapnya. Namun siapa sangka perubahan terjadi dengan begitu cepat dan tiba-tiba. Hari kemarin ia masih menyempatkan diri untuk main bowling bersama eksekutif elite. Hari kemarin ia masih menenteng koper yang berisi surat perjanjian bernilai jutaan dollar. Malam kemarin ia menghabiskan waktu untuk bercengkerama dengan keluarga. Hari kemarin ia masih disebut konglomerat, orang beken, orang saleh yang sangat sosial dan orang yang paling berbahagia di dunia.
Namun siapa sangka hari ini keadaannya berubah total. Sahamnya anjlok dan ia merugi banyak. Ia benar-benar bangkrut total. Waktu yang bersamaan ia mendengar kabar kalau anak-anaknya mati saat sedang pesta pora di sebuah nite club. Belum puas juga badai menerpa, ia sendiri terkena penyakit kulit yang menjijikan sehingga istrinya pun berpaling dan meninggalkannya.
Itulah sosok Ayub yang saya gambarkan dalam perspektif masa kini. Ia kehilangan segala-galanya. Apa yang ia punya diambil semuanya oleh Tuhan, tanpa sisa. Sungguh menyedihkan keadaannya. Namun sekalipun badai datang bertubi-tubi, ia justru memunculkan kualitas iman yang sebenarnya. Tak ada keluhan. Tak ada bantahan. Tak ada protes terhadap kebijakan Tuhan ini. Sekalipun air matanya keluar dan raut mukanya menunjukkan kesedihan yang mendalam, ia tetap percaya bahwa semuanya ini terjadi atas seijin Tuhan. Ia tahu bahwa di balik semua penderitaan ini tersembunyi berkat yang luar biasa! Kisah Ayub pun happy ending pada akhirnya.
Apakah hari ini kita juga sedang diproses Tuhan dengan penderitaan-penderitaan yang kita alami? Jangan sampai kita berontak dan meninggalkan Tuhan. Jaga lidah kita dari umpatan, keluhan atau bahkan kata-kata negatif sebagai reaksi kita atas semua penderitaan ini. Jika kita memiliki perspektif yang tepat seperti Ayub, percayalah bahwa apa yang hilang dari hidup kita juga akan dikembalikan oleh Tuhan pada akhirnya, bahkan dikembalikan secara berlimpah-limpah. Sikap dan reaksi kita terhadap penderitaan yang Tuhan itulah yang akan menentukannya.
Penderitaan yang Tuhan ijinkan akan selalu berakhir dengan berkat dan kelimpahan.


Source: www.renungan-spirit.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More