Pages

Kamis, 03 Oktober 2019

Tiba-tiba Tidak Sadar, Ditangani dengan Tepuk Lengan?

Apakah kamu pernah membaca sebuah tautan di media sosial, yang menunjukkan seseorang yang diketahui tiba-tiba tidak sadar dan setelah ditepuk lengannya beberapa kali menjadi sadar kembali? 
Kalau belum, coba deh lihat video ini:

https://youtu.be/95nNtuH8i6M

Kira-kira, benar gak sih tindakan tersebut? Kalau dalam ranah medis, suatu tindakan dapat diterapkan secara luas bila sudah evidence-based (berdasarkan bukti). Berarti tindakan ini benar dong? Kan ada buktinya?

Tunggu dulu, maksud lengkapnya adalah berdasarkan bukti ilmiah. Jadi sebelumnya sudah melalui serangkaian proses penelitian. Penelitian yang dimaksud bukan cuma 1-2 minggu saja, bisa berbulan-bulan bahkan hitungan tahun lho!

Jadi gimana? Hal tersebut dapat dipraktikkan luas oleh awam atau tidak? Sebelum diuraikan lebih lanjut, coba baca ini:

https://www.facebook.com/josua.siregar.5283/posts/456439458293914

Setelah melihat tautan tersebut, bagaimana pendapatmu sekarang?

Perlu diketahui bahwa sampai saat ini, pertolongan pertama yang paling efektif pada kondisi tiba-tiba tidak sadar adalah dengan kompresi/penekanan dada (sudah dibahas di artikel kemarin, kan?). Hal tersebut ditetapkan bukan karena dipraktekkan di satu orang saja lalu berhasil, namun sudah banyak orang yang diselamatkan karena tindakan kompresi dada (ya memang tidak semua, namun setidaknya sudah cukup jumlahnya untuk ditarik kesimpulan bahwa kompresi dada efektif). Sebaliknya, tepuk lengan/tepuk siku atau tepuk yang lain selain kompresi dada, belum diteliti secara ilmiah. Sehingga ada baiknya yang dipraktekkan secara luas saat ini ketika menemukan kasus serupa adalah kompresi dada ya?!

Cara dan contoh kompresi dada yang baik bisa dibaca pada artikel kemarin.

Mari kita menerapkan sikap cek dan ricek (bukan infotainment hehe) jika mendapat suatu informasi baru. Sangat dianjurkan untuk bertanya kepada ahli di bidang yang bersangkutan.

- waktumu tak akan terbuang percuma jika habis untuk menambah wawasan -

Rabu, 02 Oktober 2019

Saat Ada Orang yang Tiba-tiba Tidak Sadar, Apa yang Dapat Dilakukan?


Menurut penelitian terbaru, orang yang mengalami henti jantung memiliki harapan hidup dan kemungkinan untuk pulih sepenuhnya yang jauh lebih tinggi saat mendapatkan pertolongan segeradibanding mereka yang tidak. Dan lagi, penolong tidak harus memiliki latar belakang pendidikan kesehatan. Masyarakat pada umumnya juga bisa memberikan pertolongan jika pada suatu waktu menemukan seseorang tiba-tiba tidak sadarkan diri.


Penelitian tersebut menggarisbawahi keuntungan seorang saksi pada saat seseorang mengalami henti jantung yang terlatih untuk melakukan resusitasi jantung-paru. Pada saat ini, tindakan resusitasi bagi awam hanya dititikberatkan pada penekanan/kompresi dada dan hal ini bisa dipelajari dalam hitungan menit, begitu keterangan Don Weisman, Direktur Komunikasi American Heart Association untuk Hawaii.

Penelitian berjudul Penyintas Henti Jantung di Luar Rumah Sakit yang Kembali Bekerja, yang diterbitkan pada tanggal 4 Mei 2015 di jurnal Circulation, jurnal medis asosiasi jantung, menyelidiki perkembangan 4,354 pasien di Denmark yang sedang bekerja ketika mereka mengalami henti jantung antara tahun 2009 - 2011.

Mereka yang mendapatkan tindakan resusitasi jantung-paru oleh saksi mata memiliki kesempatan 38% lebih besar untuk bisa kembali bekerja dibandingkan mereka yang tidak mendapat pertolongan. Saat penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa resusitasi jantung-paru meningkatkan tingkat kemampuan bertahan hidup, penelitian ini memeriksa lebih jauh lagi apakah penyintas dapat kembali beraktivitas normal.

"Saat saksi mata melakukan resusitasi segera, hal tersebut membantu memastikan oksigen yang mencapai otak dalam kadar yang cukup, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan kerusakan otak dan menyebabkan yang bersangkutan dapat kembali bekerja," kata ketua tim penulis, Kristian Kragholm, seorang dokter dan asisten klinis di Aalborg University Hospital di Aalborg, Denmark, dan seorang Anggota di Duke Clinical Research Institute di Durham.

Henti jantung merupakan kondisi malfungsi yang tiba-tiba di dalam sistem kelistrikan jantung, yang dapat menyerang termasuk orang yang sebelumnya sehat kapan saja dan biasanya fatal. Korban dari henti jantung akan pingsan, berhenti bernapas dan menjadi tidak responsif.

Sebaliknya, serangan jantung melibatkan blokade aliran darah menuju jantung. Korbannya biasanya sadar dan mengeluhkan nyeri, perasaan terikat atau tertimba beban berat pada dadanya. 

"Kalo serangan jantung masalahnya pada pembuluh darah, sedangkan henti jantung masalahnya pada kelistrikan jantung," kata Weisman. Saksi mata harus menghubungi nomor telepon darurat jika menemukan kasus tersebut dan melakukan resusitasi jantung-paru jika pasien tidak responsif, katanya.

Sebanyak 420,000 kejadian henti jantung terjadi di luar Rumah Sakit di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 90% korbannya meninggal menurut American Heart Association. Resusitasi jantung-paru dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup, namun saksi biasanya ragu untuk melakukan intervensi disebabkan mereka tidak tahu caranya ata takut melukai korban.

"Saat ini resusitasi jantung paru mudah sekali untuk dipelajari," kata Weisman."Asosiasi jantung sejak beberapa tahun lalu muncul dengan pengetahuan baru yang menunjukkan bahwa resusitasi dengan tangan (kompresi dada) saja merupakan hal paling efektif yang dapat dilakukan awam dalam menyelamatkan kehidupan."

"Kamu tidak perlu memberikan bantuan napas kepada korban, karena hal tersebut justru menjadi penghambat," katanya lagi. "Lebih baik melakukan kompresi dada saja. Kuncinya adalah menghubungi nomor telepon darurat terlebih dahulu supaya kamu dapat bantuan entah itu pemadam kebakaran, polisi, atau ambulan dan mereka akan membawa defibrilator (alat kejut jantung)."

Jika seorang remaja atau dewasa tiba-tiba pingsan dan berhenti bernapas atau bergerak, saksi harus menghubungi nomor telepon darurat dan menekan dada korban secara kuat dan cepat tepat di tengah, dengan kecepatan setidaknya 100 kali per menit. Untuk anak dan bayi, asosiasi jantung masih merekomendasikan pemberian kompresi dada dan bantuan pernapasan.

Kebanyakan kasus henti jantung terjadi di rumah, sehingga orang pertama yang mungkin Anda selamatkan adalah orang yang dikasihi atau teman, kata Weisman.

Mengingat pentingnya peran saksi dalam menyelamatkan kehidupan, maka setiap orang perlu setidaknya tahu cara melakukan penekanan/kompresi dada yang baik. Adapun yang bisa dilakukan ketika menyaksikan seseorang tiba-tiba terjatuh, berhenti napas dan tidak responsif antara lain:

  1. Pastikan lingkungan sekitar kita aman, baik bagi korban maupun kita sebagai pihak yang akan memberikan pertolongan pertama.
  2. Segera minta bantuan orang lain untuk menghubungi nomor telepon darurat jika berada di keramaian.
  3. Tempatkan korban pada bidang datar yang keras dalam posisi terlentang.
  4. Cek kembali respons korban dengan memanggil, menepuk, atau memberikan rangsang nyeri. Perhatikan gerakan mata, tangan atau kaki, dan perkataan korban.
  5. Bila tidak ada respons, segera ambil posisi untuk memberikan kompresi dada. Penolong dalam posisi berlutut di sebelah kanan atau kiri korban, menempatkan tumit sisi tangan yang jarang digunakan tepat di tengah tulang dada korban, tangan satunya diletakkan di atasnya dengan posisi jari mengunci tangan di bawahnya. Kemudian lakukan kompresi dengan menjatuhkan badan. Jika dilakukan dengan baik, maka akan terasa titik tumpu berada pada pundak. Kompresi dada diberikan dengan kecepatan 100-120 kali per menit.
  6. Kompresi dada dilakukan terus-menerus hingga bantuan medis tiba.
  7. Sebaiknya mencari beberapa orang untuk memberikan bantuan secara bergantian karena tindakan ini cukup melelahkan.
Berikut video contoh resusitasi jantung paru:

"Karena kita tidak perlu terjun ke medan perang untuk menyelamatkan kehidupan"


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More