Pages

Minggu, 06 Mei 2012

Saat Teduh 06 Mei 2012

TINGGALKAN BEBAN ITU
Ibrani 12 : 1 - 4





Saya sedang berjuang mati-matian menguruskan badan untuk menjaga agar berat badan tidak overweight, itu sebabnya saya rajin jogging. Saya bisa melihat pemandangan luar, bisa sedikit rileks dan badan pun jadi fit. Saat jogging saya mengenakan jaket tebal yang sebenarnya cukup berat juga. Alasan saya memilih jaket ini karena ada banyak kantong yang dimilikinya, memungkinan saya membawa banyak barang. Terlanjur memiliki dua nomor handphone, kedua ponsel saya bawa semua, biar tidak mengecewakan orang yang sedang menghubungi saya. Tak ketinggalan dompet berisi surat-surat penting. Sedikit uang saku untuk beli minuman saat selesai jogging. Masih juga harus bawa kunci kendaraan dan kunci rumah. Kalau saya pikir-pikir lagi, saya kadang tersenyum sendiri. Tampaknya lebih mirip kuda pembawa beban dan sama sekali tak mirip pelari tulen.
Tak ada pelari yang membawa banyak beban ketika berlari. Sedikit beban saja bisa membuat larinya tidak maksimal. Ia akan lebih cepat mengalami keletihan, bukan karena jarak jauh yang harus ditempuh melainkan karena beban berat yang harus dipikul. Itu sebabnya tak ada pelari yang masih sibuk memusingkan semua bebannya. Ia harus berani meninggalkan bebannya. Benar apa yang dicatat dalam kitab Ibrani 12:1, “Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”
Kita semua adalah pelari. Kita harus menyelesaikan garis akhir dan mengakhiri pertandingan iman dengan baik. Masalahnya, kita tidak akan pernah bisa mengakhiri pertandingan dengan baik seandainya kita berlari sambil memikul beban-beban hidup. Mungkin beban yang kita bawa adalah masa lalu kita yang kelam, sehingga kita selalu pesimis dengan masa depan. Mungkin beban yang masih kita bawa adalah kebencian, dendam, kepahitan dan luka-luka hati yang tak terselesaikan. Mungkin beban yang masih kita bawa adalah masalah, tekanan, kekuatiran, ketakutan, trauma, depresi bahkan stress. Apapun beban kita, letakkanlah itu di bawah kaki Tuhan, serahkanlah dan biarkan Ia yang menyelesaikannya. Seperti ketika seorang ayah melihat anaknya yang masih kecil kepayahan membawa koper atau ransel yang begitu berat, tak mungkin ia akan biarkan anaknya memikul beban itu seorang diri. Itu juga yang akan dilakukan Bapa di surga sekiranya kita berani menyerahkan semua beban kita kepadaNya.
Daftarkanlah masalah-masalah yang selama ini menjadi beban bagi kita. Serahkanlah semuanya itu
kepada Tuhan.


Source: www.renungan-spirit.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More